Selasa, 20 November 2012


CARA MENDIDIK AKHLAK ANAK 



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,  
“Anak adalah amanah, anugerah, dan cobaan. Dia adalah titipan Illahi untuk (sibghah) menjadi 
generasi Rabbani. Karena anak pada hakikatnya adalah ibarat kertas putih, sebagaimana sabda 
Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan  fitrah, kedua orang tuanyalah yang 
menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.” (HR Bukhari).  
Ketahuilah, bahwa cara mendisiplinkan anak merupakan persoalan yang paling penting dan 
mendesak di antara yang lain.  Anak amanah bagi orang tuanya, sebab hatinya yang suci laksana 
permata tak ternilai yang belum dipakai atau dibentuk. Ia menerima segala bentuk yang ditorehkan dan 
condong kearah mana saja dicondongkan. Jika diajarkan kebaikan, maka akan didapat kebahagiaan di 
dunia dan akhirat. Sedangkan jika dibiasakan dan diajarkan   kejahatan akan tumbuh liar bagaikan 
hewan, tentu akan celaka. Allah SWT berfirman,  Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api 
neraka.  Seorang ayah mungkin berusaha melindungi  anaknya di dunia, namun jauh lebih penting 
melindungi anaknnya dari api neraka. Caranya adalah dengan mendisiplinkannya, mendidiknya dan 
mengajarinya tentang kebaikan akhlak serta melindunginya dari teman-teman  yang berperangai buruk. 
Tidak memanjakannya, dan tidak membuatnya menggandrungi kemewahan dan kemegahan duniawi. 
Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tidak akan 
diizinkan untuk minum/makan yang berasal dari makanan haram, sehingga tidak diperoleh keberkahan 
dalam hidupnya, yang dapat membentuk wataknya yang buruk sehingga cenderung melakukan 
perbuatan yang tercela.
Gambar.1


1. Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yang 
pertama adalah rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah 
karunia Allah yang merupakan pertanda baik yang menunjukkan keseimbangan akhlaknya dan 
ketulusan hatinya.  

2. Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus mengambil makanan dengan 
tangan kanannya, mengajarkannya mengucapkan Bismillah ketika mulai makan, makan dari tempat 
terdekat dengan dirinya, tidak merebut makanan orang lain, serta ditanamkan rasa tidak suka makan 
makanan dalam porsi yang besar karena banyak  makan membuat seseorang menjadi tidak ada 
bedanya dengan hewan. Kepadanya harus ditanamkan rasa senang memberikan makanan yang 
lebih baik untuk orang lain dan dianjurkan untuk bersikap wajar terhadap makanan dan tidak mencela 
makanan yang kurang enak. 

3. Hendaknya ditanamkan rasa suka  terhadap pakaian putih  daripada warna lain atau kain sutera, 
sehingga terjaga dari kebiasaan hidup mewah, bersenang-senang dan mengenakan pakaian mahal. 
Sesungguhnya anak yang sejak kecil kurang diperhatikan biasanya akan tumbuh dengan perangai 
yang buruk, pendusta, pendengki, keras kepala, suka mencuri, memfitnah, bercanda dan tertawa 
berlebihan, licik dan amoral. 

4. Hendaknya disibukkan oleh kegiatan mempelajari Al-Quran, hadist dan riwayat-riwayat tentang 
orang-orang yang baik, untuk menumbuhkan dalam jiwanya rasa cinta terhadap orang-orang saleh. 
Kemudian ketika sifat baik dan amal saleh ditunjukkan, maka harus diberikan apresiasi yang 
menggembirakan hatinya. Tetapi sebaliknya, jika melakukan hal yang buruk, hendaklah  seakanakan diabaikan, disembunyikan, tidak diungkapkan ke orang lain. Seandainya ia mengulangi perbuatan itu sekali lagi, maka harus dimarahi tanpa sepengetahuan orang dan disadarkan bahwa 
perbuatannya itu cukup serius.  

Gambar.2


5. Hendaklah orangtua tidak terus-menerus memarahi anak, sebab membuatnya kebal akibatnya tetap 
melakukan perbuatan buruk. Hendaknya seorang ayah menjaga kewibawaan ucapannya dan hanya 
memarahi  bila tidak ada pilihan lain. Ibulah yang memperingatkan anak dengan menyebut ayahnya. 

6. Hendaklah dilarang tidur siang hari, karena dapat menimbulkan sikap malas. Harus dibiasakan untuk 
berjalan, bergerak dan berolahraga pada siang hari sehingga terbebas dari rasa malas.  Janganlah 
anak dibiarkan gemuk karena akan  sulit menjauhi sikap manja. Sebaliknya, hendaknya dibiasakan 
mengenakan pakaian dan makan makanan sederhana. 

7. Hendaknya dilarang melakukan sesuatu secara  diam-diam, sebab akan terbiasa melakukan 
perbuatan buruk. Hendaknya dilarang membanggakan harta orangtuanya, namun dibiasakan 
bersikap rendah hati, pemurah dan santun dalam berbicara. Hendaknya dilarang menerima apapun 
dari anak lain, sebaliknya kepadanya harus diajarkan bahwa kemuliaan terletak pada sikap memberi. 
Hendaknya kepada anak diajarkan  tentang keburukan mencintai dan ketamakan terhadap emas, 
perak. 

8. Hendaklah dibiasakan untuk tidak meludah, menguap atau menyusut ingus di hadapan orang lain, 
tidak memunggungi siapapun, menyilangkan kaki, menopang dagu atau mengganjal kepalanya 
dengan tangannya, karena perbuatan semacam itu  menunjukkan kemalasan. Haruslah diajari 
mengenai cara duduk dan dilarang untuk terlalu banyak berbicara. Hendaklah  dilarang bersumpah 
terhadap sesuatu, baik benar maupun salah. Sebaiknya diajari mendengarkan dengan cermat setiap 
kali orang yang lebih tua berbicara dan bangkit dari duduknya setiap kali orang yang lebih tua masuk, 
menyediakan tempat untuknya. Hendaklah dilarang berbicara seenaknya, mengutuk, menghina 
seseorang atau bergaul  dengan orang yang demikian. Kebiasaan buruk akan muncul dari teman 
sepergaulan yang buruk. Dan sesungguhnya prinsip pendidikan adalah menjauhkannya dari teman 
sepergaulan yang buruk. 

Gambar.3


9. Hendaklah setelah mengikuti pelajaran, agar diizinkan bermain dan diberi kesempatan beristirahat, 
untuk mencegah anak menguras tenaga untuk selalu belajar yang akan mematikan hatinya, merusak 
kecerdasannya dan menghambat gairah hidupnya. 

10. Hendaknya diajarkan sikap patuh terhadap orangtua, guru dan orang yang lebih tua. 
Kemudian ketika anak mencapai usia remaja, hendaknya tidak melalaikan kewajiban berwudhu 
dan shalat serta diperintahkan berpuasa di bulan Ramadhan. Diingatkan bahwa makanan hanya sarana 
mempertahankan kesehatan dan bahwa tujuannya menjadikan seorang manusia kuat menjalankan 
ibadah kepada Allah SWT, mengingat tak satupun yang kekal didalamnya serta  kematian akan memutus 
kenikmatannya. Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. 
Akhiratlah yang merupakan tempat tinggal abadi. Sesungguhnya kematian menanti setiap saat, 
karenanya orang yang cerdas dan berakal adalah orang yang menyiapkan bekal di dunia untuk 
keperluan di akhirat sehingga beroleh derajat yang tinggi di sisi Allah dan kebahagiaan melimpah di 
surga. Jika pendidikan pada masa anak baik, maka akan berkesan dan berpengaruh kuat di dalam 
hatinya laksana tulisan di atas batu. 
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh,

berikut kutipan ceramah dari Prof. DR. H. M QURAISH SHIHAB, kajian terhadap Anak






Tidak ada komentar:

Posting Komentar